1/23/2016

Kado Ulang Tahun Untuk Mantan?

Jika mantan ulang tahun, apakah perlu untuk mengirimkan ucapan selamat (plus kado) untuknya? Jika masih bingung memutuskan untuk menjawab 'ya atau tidaknya', ada baiknya untuk membaca pengalaman sang janda tentang "Kado Untuk Mantan" ini.

Kado Ulang Tahun Untuk Mantan?

Si mantan ulang tahun. Bukan mantan suami, tapi mantan pacar. Sebenernya saya bukan tipe yang inget ulang tahun semua teman-teman dan keluarga saya kecuali yang bener-bener penting atau jatuh di hari peringatan yang lain (ulang tahun orangtua dan adik2 atau yang berulang tahun pas hari peringatan nasional atau tanggal seperti 9/11).

Cuma, reminder bahwa dia ulang tahun sekonyong-konyong muncul di BBM dan di outlook (dan saya ga tahu gemana ngapusnya). Jadi deh inget. Terus mikir, apa saya kasih selamat ya?

Masalahnya gini. Saya putus sama dia sekitar Hari Valentine tahun ini (sebelum atau sesudah juga saya lupa, musti cek email). Memang judul statusnya it’s complicated, namun selama pacaran hepi-hepi aja judulnya walaupun ada cobaan di sana dan di sini (berasa semua masalah bisa dipecahkan berdua gitulah).

Terakhirnya, putus bukan karena ada yang selingkuh, berantem hebat, beda prinsip atau berhenti menyayangi, tetapi karena keadaan dan demi keselamatannya saya sendiri (lets not go into that).

Walaupun putusnya nyakar-nyakar aspal sampai agak sinting, thanks to my friends, akhirnya bisa juga bangkit lagi dengan relatif cepat. Masalahnya, putusnya dibilang baik-baik nggak, dibilang ngga baik-baik juga nggak. Namanya habis putus ya normal dong kalau ngga ngomong, ngga nelepon lagi, ngga kirim email.

Walaupun sempat juga bicara soal kerjaan, tetapi pada akhirnya waktu dia pergi entah kemana rimbanya juga ngga pamit, ngga kirim email ngasih tahu kalau dia sudah tidak di Indonesia lagi, apalagi nelepon.

Padahal, mungkin kalau dia kirim email, saya pasti bakal tanya saran teman2 saya dan mereka PASTI akan bilang, “JANGAN DIBALAS!!!! AWAS YA, KALO LU BALES! NTAR ELU NANGIS BOMBAY LAGI…FORGET IT!!!”.

Dan pastinya saya nurut sama sohib-sohib saya yang juga ngebantu saya berhenti nyakar aspal itu. Anyways, pendek kata, orangnya sudah menghilang tanpa bilang ba bi bu lagi sampai detik ini. He never said good bye lho (terus terang saya masih suka mimpi kalau dia tiba-tiba nongol depan pintu rumah saya karena he never said good bye itu tadi).

Kembali kepada reminder keparat itu yang membuat saya kembali mengingat-ingat kebaikan hatinya dan masa-masa bahagia kami berdua (ta’elah). Sambil mematikan email kantor dan turun ke basement tempat parkir dan memasuki kemacetan, saya mulai mikir, ih, besok dia ulang tahun ya, kirimin email ngucapin selamat nggak, ya? Noraknya, mungkin pembaca tahu, pikirannya jadi terobsesi dengan kirim-ngga-kirim-ngga.

Mirip ketika mantan suami kawin lagi dan dia tidak mengundang saya, walaupun saya hubungannya baik dengan keluarganya, saya mikir, ucapin selamat tidak ya…(yang akhirnya saya ngga ngucapin).

Saat itu saya tanya sama sohib saya, Dez, (orang yang paling ngga mau ribet dan straight forward, kadang menjadi otak kedua saya) dengan tanya, “Lu kasih slamet gak kalo Toha (mantannya Dez), ulang tahun?”. Yang mana dia bilang, “Ulang tahunnya aja gue udah lupa”.

Ok, berarti saya ga usah kasih selamat. Tapi Dez bilang, kalau putusnya baik-baik ya kasih selamat saja.

Naah, masalahnya, putusnya ngga jelas baik-baik atau kagak, trus orangnya juga tidak menunjukkan gejala ingin terus berteman.

Boleh jadi, dia takut kirim email karena takut saya ngga ngebales atau ngebalesnya tidak sesuai harapan. Boleh jadi, dia tidak kirim email karena takut memberi harapan sama saya. Bisa juga dia sibuk dengan urusannya sehingga tidak sempat ngapa-ngapain.

Padahal ya, dia itu orangnya baik banget. Suka kasih hadiah dan perhatian yang tinggi. Jauh lebih romantis soal beri memberi daripada saya. Sementara saya kalau kasi hadiah paling-paling kaos kalau dari luar kota, atau buku yang pasti-pastinya dia bakal baca.

Dia suka memberi coklat kalau valentine, atau kalau dia lagi mau, memberi hadiah ulang tahun yang fungsional (dia pernah meminjamkan iPOD dia yang isinya film-film waktu saya insomnia, kemudian waktu ulang tahun diberikan iPOD yang sampai sekarang saya pakai kalau…lari atau naik sepeda).

Dia juga pernah memberikan karangan bunga lily segar yang isinya ada kali 35 tangkai waktu saya opname di rumah sakit (bunga lily mahal ya, setangkainya), atau sekedar nyolong waktu lunch yang mepet banget buat bisa pegangan tangan dikit

Yang paling penting adalah, dia memberikan waktunya yang tidak terlalu fleksible itu untuk mendengarkan saya curhat ataupun membantu memecahkan masalah ketika saya sudah merasa pening mikirin masalah tersebut.

Kadang kalau memikirkan kebaikan dia, rasanya tidak ada salahnya menunjukkan bahwa saya masih memikirkan dia dan ingat hari ulang tahunnya, dan menurunkan garda sedikit untuk membuka diri bahwa saya tidak sebal dengan dia.

Tapi saya kebetulan orang yang dididik oleh orang tua yang cukup konservatif, dimana saya dulu tidak boleh nelepon teman laki-laki saya, apalagi main di rumah teman laki-laki kecuali belajar bersama beramai-ramai.

Silakan bilang kuno atau jadul, tapi saya pikir kalau dia memang masih mau berteman atau mencoba berhubungan lagi setelah urusan permasalahannya dia beres, pastinya dia yang datang lagi memohon dan berlutut depan saya, tidak peduli resikonya ditolak atau digampar.

Kalau dia memang benar cinta, pastinya dia akan mencari usaha untuk menjalin hubungan lagi. Namanya juga cowok, mereka tahu kok apa prioritasnya, kalau ada kemauan, mereka pasti ngga pikir panjang.

Beda dengan perempuan yang seringkali maunya ini tapi menunjuknya itu, kalau saya percaya laki-laki kebanyakan cukup straight forward, tidak banyak basa basi. Apalagi laki-laki yang sudah seumuran si Bapak ini, yang sudah punya anak-anak di atas 17 tahun, masa’ iya sih masih merasa terintimidasi sama saya yang notabene sudah dia kenal dengan baik selama 2 tahun lebih?

Jadi, setelah menimbang, bahwa:
  • Kalau dia masih cinta, pasti dia akan datang, kenyataannya tidak,
  • Kalau dia masih mau berhubungan sebagai teman, pasti dia akan mengirim email, kenyataannya tidak,
  • Dia laki-laki yang baik, dewasa, matang dan selalu konsisten dalam mengambil keputusan,
  • Dia tahu saya orangnya belagu banget dan gengsinya setinggi langit
  • Dez bilang, ngga usah
  • Saya males ribet yaaah….ngga penting banget mikirin ini lama-lama

Dan mempelajari, bahwa:
  • Umumnya, laki-laki akan mengejar apa yang ia inginkan
  • Laki-laki sedewasa dan sematang itu pastinya sudah tidak neko-neko lagi dan tidak punya waktu untuk basa-basi (waktunya mungkin tinggal 15-20 tahun lagi sebelum dia pikun atau kena alzheimer)
  • Laki-laki tidak suka dikejar dan lebih suka mengejar
  • Saya ini orangnya belagu banget dan gengsinya setinggi langit dan tidak akan pernah memulai membuka pembicaraan kalau tidak diajak bicara
  • Saya ini berharga untuk dijadikan teman dan/atau pacar oleh laki2 yang berkualitas tinggi dan menghargai dan menginginkan saya dengan serius
  • Saya musti jalan ke depan dan tidak melihat-lihat ke belakang lagi
  • Ini bukan sesuatu yang layak untuk dipikirkan terlalu lama

Maka, dengan ini memutuskan untuk tidak memberinya ucapan selamat ulang tahun.


(Origin: Janda Kaya)

Anda juga bisa menuliskan dan berbagi dengan seluruh sahabat pembaca "TJanda". Menulislah sekarang dan kirimkan melalui halaman Kontak.